Kerjasama HI UNUD dan HI UKI dalam Acara Bedah Buku “Genealogi Terorisme dan Sistem Intrusif & Kedaulatan’’
Buku ‘’Sistem Intrusif & Kedaulatan’’
Program Studi Hubungan Internasional, FISIP, Universitas Udayana yang menyelenggarakan acara Bedah Buku pada Rabu, 06 November 2024, yang bertempat di Aula Gedung FISIP Kampus Sudirman. Dengan mengangkat tema “Genealogi Terorisme dan Sistem Intrusif & Kedaulatan’’, kegiatan Bedah Buku ini diisi oleh satu narasumber yang merupakan seorang akademisi maupun praktisi yang berasal dari Universitas Kristen Indonesia, dua Pembedah yang merupakan seorang akademisi maupun praktisi yang berasal dari Universitas Udayana, serta dihadiri oleh mahasiswa/i aktif program studi Hubungan Internasional Universitas Udayana. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar kita bisa memahami serta mempelajari ilmu mengenai apa itu sistem intrusif dan kedaulatan serta memahami lebih mendalam mengenai genealogi terorisme.
Narasumber, Arthuur Jeverson Maya, S. Sos., M. A. yang merupakan salah satu dosen HI Universitas Kristen Indonesia yang sekaligus menjadi penulis buku, telah memaparkan isi buku yang berjudul “Sistem Intrusif & Kedaulatan” dengan menjelaskan dua riset yaitu sistem intrusif dan kedaulatan, dalam buku ini dijelaskan mengenai definisi sistem intrusif adalah suatu keterlibatan negara-negara besar yang berada di luar batasan dalam salah satu kawasan. Buku ini menjelaskan mengenai empat indikator yang terdiri dari 4 indikator yaitu, bentuk bilateral arrangement, multilateral arrangement, Intervensi militer, dan pengaturan ekonomi. Dijelaskan mengapa tidak terjadinya perang besar di Asia Tenggara karena adanya sistem Intrusif sedangkan tidak terjadi perang terbuka di laut China Selatan itu karena adanya diskursus dari Xi Jinping, “uangkapnya
Pembedah Pertama, A.A Bagus Surya Widya Nugraha, S.IP., M.Si yang merupakan salah satu dosen HI Universitas Udayana, dirangkum mengenai buku yang ditulis mas Arthuur mengenai sistem intrusif & kedaulatan, terkait dengan demokratis, yaitu negara yang menganut sistem tersebut tidak akan saling berperang, di Asia Tenggara ternyata tidak terjadi perang dan mungkin hal tersebut bisa dikatakan sebagai sistem intrusif dengan suatu kawasan dapat menjaga keamanan dan kestabilannya di dalam kawasan. kuatnya sistem intrusif yang mencegah terjadi perang di kawasan Asia Tenggara yang bergantung dengan kawasan besar, Bapak Surya juga memunculkan pertanyaan mengenai kenapa kawasan Asia Tenggara tidak ada perang?, dan apakah ada warisan dari kolonial atau pasca kolonial di dalam kawasan Asia ini?, dengan adanya buku ini kita bisa mengkaji Asia Tenggara dengan sangat luas dan kajian ini dikaji langsung oleh Asia Tenggara bukan oleh eksternal Asia. “ungkapnya
Pembedah Kedua, Penny Kurnia Putri, S.Sos., M.A. yang merupakan salah satu dosen HI Universitas Udayana, tadi sudah disampaikan oleh penulis Bapak Arthuur mungkin sistem Intrusif ini bisa kita lihat dari suatu kawasan, adapun pertanyaan dari Ibu Penny yaitu apakah bisa menandingi negara lain dan apakah ada relevansinya jika sistem intrusif ini ditarik keluar dari kawasan Asia Tenggara. Bisa kita lihat dari sorotan Israel dan kawasan-kawasan yang terjadi di Timur Tengah agar bisa relevan ditangani dengan menggunakan sistem intrusif, “ungkapnya.
Kemudian setelah membedah buku pertama mengenai “Sistem Intrusif & Kedaulatan” dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta dengan narasumber dan dua pembedah lainnya terkait topik buku yang dibahas. Setelah itu acara dilanjutkan kembali dengan membedah buku kedua yaitu “Genealogi Terorisme”
Buku “Genealogi Terorisme’’
Narasumber, Arthuur Jeverson Maya, S. Sos., M. A. yang merupakan salah satu dosen HI Universitas Kristen Indonesia, dijelaskan mengenai geneologi yang menurut Bapak Arthuur adalah sejarah bukanlah peristiwa masa lalu dan bukan merupakan peristiwa masa depan, jadi genealogi adalah hal yang berbeda dengan historis yang menjadi relasi kuasa pengetahuan yang terjadi di hari atau dalam hal lain sejarah adalah peristiwa hari ini. Kita akan melihat genealogi ini dalam alur yang bercampur bukan yang periodik, jika dikaitkan dengan peristiwa nine eleven yang merupakan pergeseran terbesar mengenai terorisme pergeseran terbesar dlm diskursus, kuasa pengetahuan dan sejarah terbesar dalam terorisme. Teroris sebenarnya tidak Islam tetapi karena adanya pergeseran dari John Buss terjadilah pergeseran definisi terorisme, tetapi dalam buku ini menjelaskan terorisme bukan hal yang seperti itu terorisme pertama itu terjadi karena pemberontakan, ada pergeseran dari pemberontakan ke tirani. Inti buku ini ingin menunjukan ada hal-hal tentang teroris, “ungkapnya
Pembedah Pertama, Penny Kurnia Putri, S.Sos., M.A. yang merupakan salah satu dosen HI Universitas Udayana, mengenai isi buku genealogi ini tentang terorisme yang memang muncul dari kosmuk atau penelusuran formasi diskursif, dalam terminologi terorisme yang dimulai dari awal kehidupan dengan mendefinisikan terorisme pertama terjadi itu karena pemberontakan yang akhirnya memunculkan kekerasan. Di periode selanjutnya ada pergeseran makna dari aspek yang dimaknai pemberontakan kemudian masuk ke unsur-unsur tirani yang melakukan tindakan terorisme adalah para pemimpin di negara kosta yunani kemudian berkembang ke romawi. Adapun aktor yang mendefinisikan terorisme yaitu dari Hitler dan Stalin, aktor terorisme itu ada negara yang mengubah pergeseran mengenai definisi-definisi terorisme tersebut. “ungkapnya
Pembedah Kedua, A.A Bagus Surya Widya Nugraha, S.IP., M.Si yang merupakan salah satu dosen HI Universitas Udayana, menurut Bapak Surya hal pertama terhadap terorisme itu tergantung dengan pemaknaannya, dengan bagaimana seseorang tersebut bisa dianggap sebagai terorisme, terorisme tidak lepas dari beberapa pengetahuan yang merupakan sebuah bentuk konstruksi dari seseorang. Kita didorong untuk berfikir setipis mungkin dari makna suatu hal, “ungkapnya
Kegiatan Bedah Buku ini kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta dengan narasumber dan dua pembedah lainnya terkait topik buku yang dibahas. Para Peserta yang aktif bertanya juga diberikan gift berupa buku dan totebag . Sesi ini kemudian dilanjutkan dengan penyerahan sertifikat kepada narasumber dan dua pembedah. Setelah itu, acara Bedah Buku ini ditutup dengan sesi dokumentasi dari peserta yang aktif bertanya, kemudian dokumentasi penyerahan sertifikat dan diakhiri dengan foto bersama.
UNIVERSITAS UDAYANA